Ikhlas dalam berdakwah 3

Dalam manual kerja dakwah yang lalu, saya ada menyebut tentang peri pentingnya ikhlas dalam berdakwah.

Dalam organisasi-organisasi dakwah yang saya sertai, salah satunya melakukan aktiviti dakwah kepada muallaf.

Hendak dijadikan cerita, ada seorang muallaf yang kelihatan sangat bersungguh-sungguh untuk belajar dengan seorang ahli perempuan organisasi (nama samaran: Perawan) tersebut. Muallaf itu seorang lelaki. Maka, demi melihat kesungguhan muallaf itu, Perawan pun bersetuju untuk mengajar sang muallaf, dengan berteman. Maka kelas pun berlangsung untuk sekian waktu.

Umum tahu, dan sang muallaf tahu, Perawan sudah bertunang dengan Teruna, bukan nama sebenar. Namun, tiba-tiba suatu hari, sang muallaf memberitahu Perawan, bahawa dia ingin menjadikan Perawan isterinya, dan supaya Teruna melepaskan Perawan.

Alasannya, dia adalah dari golongan muhajirin, dan Perawan dan Teruna bagaikan golongan ansar yang menolong muhajirin. Pada waktu hijrah, golongan ansar sanggup menceraikan isteri untuk dinikahkan kepada muhajirin. Maka, dengan sebab itu, Teruna mesti bersedia melepaskan Perawan kepadanya. Kalau mereka tidak berbuat seperti golongan ansar, nyata, dakwah mereka untuk mengajarkan Islam kepadanya adalah tidak ikhlas.

“Haaaa, aku kata dah! Dia ada udang di sebalik chakuetiao.”

Kataku:

1. Iman kami tidak sama dengan iman kaum ansar, bahkan tidak setanding dengan debu yang melekat pada batang tubuh mereka.

2. Muhajirin dan ansar, siapa dulu yang masuk Islam? hehe

Apa kata anda?

Moral of the story:

Jangan berdakwah silang jantina.